Jumat, 27 Januari 2017

Michel Tournier dan Cerita tentang Petualangan Lain Robinson Crusoe

Beberapa waktu sebelumnya aku pernah bercerita kepadamu mengenai kehidupanku yang seolah-olah berada di dalam penjara. Mungkin kau mengira sejak saat itu aku akan berubah dan pergi meninggalkan penjara buatanku itu. Aku harus bilang kepadamu, perkiraanmu itu hampir sepenuhnya benar sebab hidupku sekarang lebih terasa bebas dibanding sebelumnya, tapi tetap aku terkungkung di dalam penjara ini. Penjaranya pun tentu terasa berbeda karena kali ini, dengan kebebasan yang mulai aku rasakan, aku seperti berada di sebuah pulau kosong tak berpenghuni seperti pulau tempat Robinson Crusoe berada.
Ah, sudah lama tidak mendengar nama itu disebutkan, kau pasti akan berkata begitu sambil mengingat cerita petualangan Robinson tersebut. Ini bisa jadi sedikit kabar gembira buatmu karena aku menemukan cerita lain yang mirip sekali dengan cerita Robinson Crusoe. Semenjak Daniel Defoe menulis cerita tersebut, yang tentu kau pun tahu cerita itu ditulis berdasarkan kisah nyata, banyak penulis lain yang terinspirasi dan menulis hal yang kurang lebih serupa. Dulu kita pernah menemukan cerita karangan Johann David Wyss yang berjudul Swiss Family Robinson, ceritanya serupa hanya tokohnya tergolong banyak karena berasal dari sebuah keluarga Swiss. Kau pernah berkomentar bahwa buku itu terasa membosankan karena kegiatan mereka serba dapat dilakukan karena adanya peralatan yang seperti dimunculkan begitu saja oleh si pengarang. Sekarang aku menemukan lagi yang aku rasa tidak terlalu membosankan. Ceritanya berjudul Kehidupan Liar dan masih berpusat pada tokoh Robinson, hanya saja kali ini dia memiliki teman bernama Vendredi, seorang budak yang tidak disengaja diselamatkan olehnya.
Michel Tournier memulai semuanya dari sebuah kapal yang tenggelam dan Robinson adalah satu-satunya orang yang selamat. Meski tidak sepenuhnya benar-benar sendiri, sebab pada kemudian waktu ternyata ada seekor anjing dari kapal tersebut, bernama Tenn, yang ternyata juga selamat. Kehidupan Robinson mulai berbeda ketika dia merasa ada yang perlu dilakukan agar jiwanya tetap sehat. Apakah dia pernah merasakan jiwanya mulai tidak sehat, kau mungkin bertanya begitu. Dia memang pernah merasakannya Lita. Bayangkan saja, dia sampai berhalusinasi melihat sebuah kapal yang berlayar di pinggir pulau tersebut dengan mengangkut adik perempuannya yang sudah lama meninggal. Dia juga pernah berkubang di dalam lumpur dengan uap beracun selama berhari-hari tanpa dia sadari karena keputusasaannya akibat gagal membuat sebuah perahu. Titik tolak kebangkitan Robinson dimulai dari sana. Dia mulai membangun tempat-tempat penyimpanan bahan makanan, menyusunnya hingga rapi, membuat pertanian, membuat rumah di dalam gua. Bahkan untuk membuat dirinya tidak kehilangan kemampuan berbicara, dia menulis peraturan-peraturan dan upacara-upacara yang dilakukannya dengan berbicara keras-keras, termasuk ke Tenn. Peradaban yang diingatnya sewaktu masih di kota coba dihadirkan kembali di pulau tersebut. Sepertinya dia akan bisa hidup dengan bahagia dan jiwanya tetap sehat, kau pasti berkata demikian sambil bersyukur Robinson tidak kenapa-kenapa.
Perjalanan hidup Robinson semakin berwarna ketika suatu waktu datang sekelompok suku yang melakukan ritual yang sangat mengerikan. Ritual itu dilakukan dengan membunuh seorang dari kelompok tersebut sebagai bentuk penghilang bala dan sial yang terjadi di kampung mereka. Pada ritual yang pertama Robinson merasa sangat ketakutan sampai dia menjadi paranoid dan membangun benteng pertahanan di sekitar mulut goa tempat tinggalnya. Pada kesempatan berikutnya ketika suku tersebut datang lagi, Robinson bersiap dengan membawa sepucuk pistol dan mengawasi dari kejauhan. Kejadian yang tidak terduga pun terjadi. Salah seorang dari calon korban berhasil melawan dan melarikan diri tepat ke arah persembunyian Robinson. Karena situasinya begitu mendadak dan mengancam dirinya, Robinson melepaskan tembakan ke salah seorang pengejar si calon korban tersebut. Orang tersebut akhirnya berhasil melarikan diri dan bertemu dengan Robinson. Dia dinamai Vendredi oleh Robinson karena dia tidak bisa bahasa Inggris dan karena hari itu merupakan hari Jumat. Vendredi artinya hari Jumat.
Pasti menyenangkan bagi Robinson memiliki teman di pulau kosong tersebut, kau pasti berkata begitu. Memang menyenangkan pada awalnya, namun tidak setelah terjadi perubahan dalam diri Robinson. Dia menjadikan dirinya sebagai penguasa dan Vendredi dijadikannya budak yang disuruh-suruhnya melakukan banyak pekerjaan. Vendredi tentu awalnya tidak bisa menolak karena dia berhutang nyawa kepadanya. Kau pasti jadi teringat dengan kesan penjajahan yang dilakukan Robinson terhadap Vendredi. Rasanya familiar seperti pernah terjadi di negeri kita sewaktu bangsa asing datang dan menjajah kaum pribumi. Hampir sebagian besar cerita berpusat pada tindakan ‘menjajah’ yang dilakukan Robinson terhadap Vendredi. Kesan dari wacana kolonialisme memang begitu kental pada bagian cerita ini, bagaimana Robinson berusaha menjadikan dirinya seorang penguasa, menerapkan aturan-aturan yang menurutnya beradab dan memandang bahwa Vendredi berasal dari kaum yang tidak beradab. Padahal mungkin saja pandangan itu menjadi relatif karena bisa saja bagi kaum Vendredi apa yang dilakukan mereka merupakan suatu yang beradab dan Robinson adalah kebalikannya. Permainan yang menyenangkan melihat sudut pandang mana yang kira-kira benar. Dan aku rasa Vendredi berada pada posisi yang tidak menyenangkan sejak awal kemunculannya. Sungguh malang dia. Namun, semua itu tentu ada batasnya, bukan? mungkin kau bertanya demikian sambil mengharap ada sesuatu yang terjadi terhadap Robinson.
Sesuatu yang besar dan mengubah segalanya akhirnya terjadi. Tanpa sengaja, Vendredi membuang pipa rokok yang masih menyala ke dalam dasar gua yang berisi puluhan tong bubuk mesiu. Sebuah ledakan yang sangat besar terjadi, meluluhlantakkan seluruh isi goa, bangunan-bangunan, dan tanah-tanah pertanian di sekitarnya. Untungnya mereka berdua tidak apa-apa, hanya luka dan memar di sana-sini yang tidak begitu serius. Mulai dari kejadian itu, Vendredi ‘mengambil alih’ kehidupan di pulau tersebut. Dia mengajak Robinson untuk hidup bebas tanpa aturan-aturan dan upacara-upacara yang menyiksa tersebut dan nyatanya mereka berdua berhasil hidup bahagia. Mereka mulai meninggalkan peradaban yang dianggap Robinson sebagai suatu kepastian dan menjadikan diri mereka bebas merdeka dalam arti yang sebenarnya.
Kehidupan yang bahagia tersebut berlangsung sampai pada suatu ketika datang sebuah kapal layar yang hendak mengambil air tawar dan perbekalan bahan makanan di sana. Mereka tidak menduga ada Robinson dan Vendredi yang hidup berdua dalam waktu yang lama di pulau kosong tersebut. Mereka lalu mengajak untuk pergi meninggalkan pulau. Robinson merasa enggan karena dia sudah menemukan kedamaian di sana. Lain halnya dengan Vendredi, dia memilih ikut secara diam-diam karena dia memang sudah jatuh cinta pada kapal tersebut (dia sangat menyukai tantangan dan petualangan baru). Betapa sedihnya Robinson mengetahui kepergian Vendredi.
Apakah dia akhirnya hidup sendiri, kau mungkin bertanya demikian.
Tidak, dia menemukan pengganti Vendredi lagi-lagi secara tidak terduga. Salah seorang anak muda dari kapal tersebut melarikan diri dari sana karena tidak tahan dengan siksaan dan hukuman yang dilakukan kepadanya. Robinson menemukan cahaya hidupnya yang baru dan dia menamakan anak itu dengan nama Dimanche, yang berarti hari Minggu.
Semoga saja Robinson tidak mengulangi lagi perbuatannya ‘menjajah’ seperti yang dilakukannya dulu kepada Vendredi, kau mungkin berharap demikian sambil membayangkan kehidupan mereka berdua begitu bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar