Beberapa waktu
sebelumnya aku pernah bercerita kepadamu mengenai kehidupanku yang seolah-olah
berada di dalam penjara. Mungkin kau mengira sejak saat itu aku akan berubah
dan pergi meninggalkan penjara buatanku itu. Aku harus bilang kepadamu,
perkiraanmu itu hampir sepenuhnya benar sebab hidupku sekarang lebih terasa
bebas dibanding sebelumnya, tapi tetap aku terkungkung di dalam penjara ini.
Penjaranya pun tentu terasa berbeda karena kali ini, dengan kebebasan yang
mulai aku rasakan, aku seperti berada di sebuah pulau kosong tak berpenghuni
seperti pulau tempat Robinson Crusoe berada.
Ah, sudah lama tidak
mendengar nama itu disebutkan, kau pasti akan berkata begitu sambil mengingat
cerita petualangan Robinson tersebut. Ini bisa jadi sedikit kabar gembira buatmu
karena aku menemukan cerita lain yang mirip sekali dengan cerita Robinson
Crusoe. Semenjak Daniel Defoe menulis cerita tersebut, yang tentu kau pun tahu cerita
itu ditulis berdasarkan kisah nyata, banyak penulis lain yang terinspirasi dan
menulis hal yang kurang lebih serupa. Dulu kita pernah menemukan cerita
karangan Johann David Wyss yang berjudul Swiss
Family Robinson, ceritanya serupa hanya tokohnya tergolong banyak karena
berasal dari sebuah keluarga Swiss. Kau pernah berkomentar bahwa buku itu terasa
membosankan karena kegiatan mereka serba dapat dilakukan karena adanya
peralatan yang seperti dimunculkan begitu saja oleh si pengarang. Sekarang aku
menemukan lagi yang aku rasa tidak terlalu membosankan. Ceritanya berjudul Kehidupan Liar dan masih berpusat pada
tokoh Robinson, hanya saja kali ini dia memiliki teman bernama Vendredi,
seorang budak yang tidak disengaja diselamatkan olehnya.
Michel Tournier memulai
semuanya dari sebuah kapal yang tenggelam dan Robinson adalah satu-satunya
orang yang selamat. Meski tidak sepenuhnya benar-benar sendiri, sebab pada
kemudian waktu ternyata ada seekor anjing dari kapal tersebut, bernama Tenn,
yang ternyata juga selamat. Kehidupan Robinson mulai berbeda ketika dia merasa
ada yang perlu dilakukan agar jiwanya tetap sehat. Apakah dia pernah merasakan
jiwanya mulai tidak sehat, kau mungkin bertanya begitu. Dia memang pernah
merasakannya Lita. Bayangkan saja, dia sampai berhalusinasi melihat sebuah
kapal yang berlayar di pinggir pulau tersebut dengan mengangkut adik
perempuannya yang sudah lama meninggal. Dia juga pernah berkubang di dalam
lumpur dengan uap beracun selama berhari-hari tanpa dia sadari karena
keputusasaannya akibat gagal membuat sebuah perahu. Titik tolak kebangkitan
Robinson dimulai dari sana. Dia mulai membangun tempat-tempat penyimpanan bahan
makanan, menyusunnya hingga rapi, membuat pertanian, membuat rumah di dalam
gua. Bahkan untuk membuat dirinya tidak kehilangan kemampuan berbicara, dia
menulis peraturan-peraturan dan upacara-upacara yang dilakukannya dengan
berbicara keras-keras, termasuk ke Tenn. Peradaban yang diingatnya sewaktu
masih di kota coba dihadirkan kembali di pulau tersebut. Sepertinya dia akan
bisa hidup dengan bahagia dan jiwanya tetap sehat, kau pasti berkata demikian
sambil bersyukur Robinson tidak kenapa-kenapa.
Perjalanan hidup
Robinson semakin berwarna ketika suatu waktu datang sekelompok suku yang
melakukan ritual yang sangat mengerikan. Ritual itu dilakukan dengan membunuh
seorang dari kelompok tersebut sebagai bentuk penghilang bala dan sial yang
terjadi di kampung mereka. Pada ritual yang pertama Robinson merasa sangat
ketakutan sampai dia menjadi paranoid dan membangun benteng pertahanan di
sekitar mulut goa tempat tinggalnya. Pada kesempatan berikutnya ketika suku
tersebut datang lagi, Robinson bersiap dengan membawa sepucuk pistol dan
mengawasi dari kejauhan. Kejadian yang tidak terduga pun terjadi. Salah seorang
dari calon korban berhasil melawan dan melarikan diri tepat ke arah
persembunyian Robinson. Karena situasinya begitu mendadak dan mengancam
dirinya, Robinson melepaskan tembakan ke salah seorang pengejar si calon korban
tersebut. Orang tersebut akhirnya berhasil melarikan diri dan bertemu dengan
Robinson. Dia dinamai Vendredi oleh Robinson karena dia tidak bisa bahasa
Inggris dan karena hari itu merupakan hari Jumat. Vendredi artinya hari Jumat.
Pasti menyenangkan bagi
Robinson memiliki teman di pulau kosong tersebut, kau pasti berkata begitu.
Memang menyenangkan pada awalnya, namun tidak setelah terjadi perubahan dalam
diri Robinson. Dia menjadikan dirinya sebagai penguasa dan Vendredi
dijadikannya budak yang disuruh-suruhnya melakukan banyak pekerjaan. Vendredi
tentu awalnya tidak bisa menolak karena dia berhutang nyawa kepadanya. Kau
pasti jadi teringat dengan kesan penjajahan yang dilakukan Robinson terhadap
Vendredi. Rasanya familiar seperti pernah terjadi di negeri kita sewaktu bangsa
asing datang dan menjajah kaum pribumi. Hampir sebagian besar cerita berpusat
pada tindakan ‘menjajah’ yang dilakukan Robinson terhadap Vendredi. Kesan dari
wacana kolonialisme memang begitu kental pada bagian cerita ini, bagaimana
Robinson berusaha menjadikan dirinya seorang penguasa, menerapkan aturan-aturan
yang menurutnya beradab dan memandang bahwa Vendredi berasal dari kaum yang
tidak beradab. Padahal mungkin saja pandangan itu menjadi relatif karena bisa
saja bagi kaum Vendredi apa yang dilakukan mereka merupakan suatu yang
beradab dan Robinson adalah kebalikannya. Permainan yang menyenangkan melihat
sudut pandang mana yang kira-kira benar. Dan aku rasa Vendredi berada pada
posisi yang tidak menyenangkan sejak awal kemunculannya. Sungguh malang dia.
Namun, semua itu tentu ada batasnya, bukan? mungkin kau bertanya demikian
sambil mengharap ada sesuatu yang terjadi terhadap Robinson.
Sesuatu yang besar dan
mengubah segalanya akhirnya terjadi. Tanpa sengaja, Vendredi membuang pipa
rokok yang masih menyala ke dalam dasar gua yang berisi puluhan tong bubuk
mesiu. Sebuah ledakan yang sangat besar terjadi, meluluhlantakkan seluruh isi
goa, bangunan-bangunan, dan tanah-tanah pertanian di sekitarnya. Untungnya
mereka berdua tidak apa-apa, hanya luka dan memar di sana-sini yang tidak
begitu serius. Mulai dari kejadian itu, Vendredi ‘mengambil alih’ kehidupan di
pulau tersebut. Dia mengajak Robinson untuk hidup bebas tanpa aturan-aturan dan
upacara-upacara yang menyiksa tersebut dan nyatanya mereka berdua berhasil
hidup bahagia. Mereka mulai meninggalkan peradaban yang dianggap Robinson
sebagai suatu kepastian dan menjadikan diri mereka bebas merdeka dalam arti
yang sebenarnya.
Kehidupan yang bahagia
tersebut berlangsung sampai pada suatu ketika datang sebuah kapal layar yang
hendak mengambil air tawar dan perbekalan bahan makanan di sana. Mereka tidak
menduga ada Robinson dan Vendredi yang hidup berdua dalam waktu yang lama di
pulau kosong tersebut. Mereka lalu mengajak untuk pergi meninggalkan pulau. Robinson merasa enggan karena dia sudah menemukan kedamaian di sana. Lain halnya dengan Vendredi, dia memilih ikut secara diam-diam karena
dia memang sudah jatuh cinta pada kapal tersebut (dia sangat menyukai tantangan
dan petualangan baru). Betapa sedihnya Robinson mengetahui kepergian Vendredi.
Apakah dia akhirnya
hidup sendiri, kau mungkin bertanya demikian.
Tidak, dia menemukan
pengganti Vendredi lagi-lagi secara tidak terduga. Salah seorang anak muda dari
kapal tersebut melarikan diri dari sana karena tidak tahan dengan siksaan dan
hukuman yang dilakukan kepadanya. Robinson menemukan cahaya hidupnya yang baru
dan dia menamakan anak itu dengan nama Dimanche, yang berarti hari Minggu.
Semoga saja Robinson
tidak mengulangi lagi perbuatannya ‘menjajah’ seperti yang dilakukannya dulu
kepada Vendredi, kau mungkin berharap demikian sambil membayangkan kehidupan
mereka berdua begitu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar