Selasa, 10 Maret 2015

[Puisi] Bidadari dari Sumur Tua

BIDADARI DARI SUMUR TUA

setiap pulang ke rumah ibu, aku selalu
bermain apa saja dekat sumur tua di bawah pohon jambu
sampai ibu tidak lupa memarahiku
ketika ketahuan pergi ke tempat itu

kata ibu, sumur tua itu adalah tempat para siluman
menggerogoti mangsa yang diculiknya setiap terang bulan
tentu tidak percaya aku, sampai satu waktu saat bulan seterang kelabu
aku berdiri terpaku di situ, menanti siluman atau hantu-hantu menculikku

bosan menunggu, aku berbalik hendak pulang
saat seorang anak perempuan memanggilku
dari dasar sumur sambil diacungkannya sebuah tulang,
“Akulah bidadari yang membawa tulang rusukmu, tolonglah aku.”

belum lama berhasil kuraih tangannya yang menggenggam erat,
tanganku sakit tidak kuat menahan berat tulangnya,
saat itulah ibu keluar dari rumah, mendekap badanku
pelan dijauhkan dari tepi sumur, sedang bidadari itu ditinggalkan
kembali jatuh ke dalam kelam, “Kamu masuk ke kamar,” kata ibu.

sekembalinya ke kamar, kututup pintu
kulihat pantulan diri di cermin, kubuka baju dan kuhitung tulang-tulang
rusuknya, masih kurang satu
andai ibu tidak menghalangiku, mungkin jumlahnya lengkap sekarang



Jatinangor, 10 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar