BIDADARI DARI SUMUR TUA
setiap pulang ke rumah ibu, aku selalu
bermain apa saja dekat sumur tua di
bawah pohon jambu
sampai ibu tidak lupa memarahiku
ketika ketahuan pergi ke tempat itu
kata ibu, sumur tua itu adalah tempat
para siluman
menggerogoti mangsa yang diculiknya
setiap terang bulan
tentu tidak percaya aku, sampai satu
waktu saat bulan seterang kelabu
aku berdiri terpaku di situ, menanti
siluman atau hantu-hantu menculikku
bosan menunggu, aku berbalik hendak
pulang
saat seorang anak perempuan memanggilku
dari dasar sumur sambil diacungkannya
sebuah tulang,
“Akulah bidadari yang membawa tulang
rusukmu, tolonglah aku.”
belum lama berhasil kuraih tangannya
yang menggenggam erat,
tanganku sakit tidak kuat menahan berat tulangnya,
saat itulah ibu keluar dari rumah,
mendekap badanku
pelan dijauhkan dari tepi sumur, sedang
bidadari itu ditinggalkan
kembali jatuh ke dalam kelam, “Kamu
masuk ke kamar,” kata ibu.
sekembalinya ke kamar, kututup pintu
kulihat pantulan diri di cermin, kubuka
baju dan kuhitung tulang-tulang
rusuknya, masih kurang satu
andai ibu tidak menghalangiku, mungkin
jumlahnya lengkap sekarang
Jatinangor, 10 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar