Kamis, 26 Februari 2015

Madeleine L'Engle, A Wrinkle in Time, dan Tesseract


Pernah satu waktu aku mengandai, bagaimana bila aku bisa berpindah-pindah tempat dalam sekejap, melewati batas ruang dan waktu. Aku bisa pergi ke masa lalu, melihat-lihat manusia purba di goa dan dinosaurus, atau pergi ke kota masa depan dengan mobil-mobil terbang berseliweran di awan. Pasti menyenangkan sekali.
Lalu muncullah buku ini, A Wrinkle in Time. Kerutan dalam Waktu. Sebuah novel fantasi karangan Madeleine L’Engle yang mampu memuaskan imajinasiku itu. Memang tidak serta merta kembali ke masa lalu atau terbang ke masa depan, tapi bisa berpindah tempat dalam sekejap ke tempat mana pun, bahkan ke planet di luar tata surya kita.
Novel ini bermula dari hilangnya ayah Meg Murry dan Charles Wallace, tanpa jejak satu pun yang mengarah ke mana terakhir atau kira-kira dia hilang. Orang-orang tentu berkesimpulan sendiri. Ayahnya kabur bersama perempuan lain.
Meg adalah seorang anak perempuan berambut merah, berkacamata, dan berkawat gigi ini dikenal di sekolahnya sebagai anak aneh, bodoh, dan pembangkang. Padahal kenyataannya tidak begitu. Dia pandai dalam bidang matematika. Hanya saja, gurunya tetap saja tidak menyukainya di bidang tersebut karena cara-cara yang dilakukannya untuk menyelesaikan soal tidak sesuai dengan apa yang diajarkan guru. Cara-cara pintas, berkat bantuan dan belajar dari ayahnya, dilakukannya. Bukankah hasilnya sama saja, begitu bela Meg.
 Begitu juga dengan adik kecilnya, Charles. Meski belum sekolah, dia dianggap sebagai anak yang aneh. Walaupun begitu, pada dasarnya dia anak yang jenius dan serba tahu. Aku bilang serba tahu dalam arti yang sebenarnya. Dia digambarkan tahu perasaan-perasaan orang terdekat, seperti Meg dan ibunya.
Semua berjalan seperti itu adanya, diolok-olok dan menjadi bahan omongan orang, hingga pada suatu hari keluarga mereka kedatangan tiga orang nenek yang misterius. Dan eksentrik. Mereka bernama Mrs. Whatsit, Mrs. Who, dan Mrs. Which.
Ketiganya mengatakan bahwa mereka tahu keberadaan ayahnya dan berniat mengajak Meg dan Charles untuk pergi menolongnya. Dengan bantuan sesuatu, bernama Tesseract. Terdengar familiar pastinya. Benda yang muncul dan menjadi perhatian utama di film Marvel The Avenger ini mampu membawamu ke mana pun kamu mau, bahkan ke planet-planet di luar tata surya dengan kehidupan mereka.
Di dalam perjalanannya, ada anak laki-laki lain yang ikut dan menjadi teman yang cukup berguna, namanya Calvin, yang berada di kelas beberapa tingkat di atas Meg. Bersama-sama, mereka berhasil menyelamatkan ayahnya dan sekaligus mengalahkan musuh terbesar di balik itu semua, Si Materi Gelap, sesuatu yang mampu menguasai makhluk-makhluk lain, terutama manusia di planet Camazotz, dan berbentuk otak yang berdenyut.
Sayangnya ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaanku selesai membaca kisah ini. Pertama tentang kejeniusan Charles Wallace yang mampu tahu apa saja yang dipikirkan dan dirasakan orang-orang terdekatnya, terutama Meg dan ibunya. Memang, bila ikatan emosional sudah terjalin begitu eratnya, kadangkala aku pun mampu melakukan seperti halnya Charles kepada Meg, kakak kepada adik. Namun, di awal kisah, keserbatahuan Charles ini begitu misterius. Dia sudah tahu tentang tesseract, tentang hal-hal misterius di balik ketiga nenek, dan tahu tentang cara menyelamatkan ayahnya. Sampai aku sempat berpikir, bagaimana Charles bisa tahu dan berpikir jauh lebih dewasa dibanding fisiknya itu mengacu pada kemungkinan bahwa dia adalah ayah Meg yang hilang. Kemungkinan itu muncul karena tesseract mampu membuat seseorang melintasi ruang dan waktu. Bisa saja ayah Meg kehilangan arah dan bukannya pergi ke suatu tempat malah terjebak kembali ke masa lalu. Dan ternyata tebakanku meleset, hehe.
Lalu tesseract itu sendiri. Penggambarannya sama sekali tidak ada tentang benda satu ini. Yang ada hanyalah efek perjalanan yang diakibatkan ketika seseorang melakukan tesser, istilah untuk bergerak dengan tesseract. Apakah bentuknya seperti kubus kecil bercahaya atau jam tangan atau apa pun itu, aku rasa sengaja tidak digambarkan oleh pengarangnya, untuk membebaskan imajinasi pembacanya sendiri.
Ada beberapa hal lain lagi yang menarik. Tentang bagaimana sebuah pesan disampaikan dalam sebuah kisah. Pesan yang cukup dalam dan orang dewasa pun aku rasa sulit melakukannya. Sama seperti kisah-kisah fantasi anak-anak yang ditulis oleh pengarang-pengarang luar negeri, pesan-pesan itu ditulis tanpa nada menggurui. Salah satunya adalah cinta. Satu perasaan yang tidak bisa didefinisikan itu menjadi senjata terkuat yang digunakan Meg untuk mengalahkan Materi Hitam. Cinta tentu bisa kamu definisikan sendiri dengan banyak macamnya. Cinta kepada diri sendiri, kepada sesama, kepada alam, kepada Tuhan. Dan semuanya itu terangkum di dalam kisah ini. Dan aku baru tahu, Materi Hitam ini ternyata ada juga di dalam dunia manusia. Dalam bentuk pikiran-pikiran buruk yang mengubah perilaku manusia menjadi selayaknya robot tidak berperasaan. Dengan merusak lingkungan, melakukan kejahatan ke sesama manusia, dan ah, banyak lagi. Ternyata, Materi Hitam sudah menguasai dunia ini.
Lalu penggambaran manusia di planet Camazotz. Manusia di sana tidak memiliki kebebasan dalam arti sebenarnya. Baik itu perilaku maupun pikiran mereka dikendalikan oleh Materi Gelap. Semua orang bergerak dalam tempo yang sama. Anak-anak bermain bola pada jam yang sama, dengan pantulan bola yang sama, dan kembali masuk ke rumah juga dalam waktu yang sama. Orang-orang dewasa bekerja juga dalam tempo yang sama. Semuanya serba sama. Memang, menurut mereka dengan kesamaan itu tidak ada lagi perbedaan yang menjadikan kekacauan muncul. Namun, apa hakikat manusia itu menjadi tidak ada. Mereka selayaknya robot yang diperintah sistem. Dan bagian itu menjadi satu sentilan kecil sebenarnya. Bagaimana ketika sudah terbiasa dengan rutinitas, atau ketika kita berada di bawah kekuasaan yang otoriter, semua berjalan layaknya robot. Kita tidak tahu lagi apakah yang kita kerjakan itu adalah hal yang didasari oleh hati atau hanya didasari kepatuhan pada sistem, tanpa daya untuk melawan atau sedikit berbeda. Sebab, perbedaan menjadikanmu dihukum kalau di kisah ini. Perbedaan menciptakan chaos, begitu dalih Materi Gelap. Betapa menjadi diri sendiri menjadi sesuatu yang mahal dan sebatas mimpi di planet itu.
Penggambaran cinta dan bagaimana menjadi dirimu sendiri meski orang-orang memandangmu aneh dan remeh menjadi perhatian lain selain tesseract di kisah ini. Setiap orang pada dasarnya, seperti dalam kisah ini, memiliki kelebihan. Tinggal bagaimana menggunakan kelebihan itu untuk hal-hal positif dan menjadikanmu berguna di dunia.
Namun, tetap saja. Aku masih penasaran dengan tesseract. Bisakah kamu membantuku untuk mencarinya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar