Sebuah Dongeng tentang Malaikat
Setiap malam, tidak ada
yang kuharapkan selain sebuah bintang yang kuharap malaikat itu datang.
Malaikat dari dongeng yang kudengar hampir tiap malam, hingga aku percaya bahwa
dia ada. Sayangnya, aku terlambat menyadarinya. Seharusnya aku menunggunya
datang dengan setia ketika cerita itu masuk ke dalam kepalaku. Bukannya
membiarkan cerita itu menguap begitu saja bersama embun di pagi hari.
Kau pasti tidak percaya
kalau malaikat itu ada bila kau sendiri tidak pernah melihatnya, atau sekadar
bukti-bukti keberadaannya. Katanya, malaikat itu bersayap, seperti sayap
merpati. Tapi, kenapa aku membayangkannya dalam bentuk bersayap gagak. Terbang
di atas atap dan berkoak-koak di sana, sampai kurasa aku harus mengusirnya
dengan batu dan apa pun yang bisa kulempar.
Gagak itu melawan. Dia
terbang menghindar dan melesat ke arahku. Dipatukinya lengan dan kakiku, tidak
jarang punggung dan perutku. Di keadaan begitu, aku lari ke dalam rumah, ke
kamarku. Gagak itu malah ikut masuk dan terbang di langit-langit.
Akhirnya, entah sampai
berapa lama, gagak itu akhirnya pergi. Meninggalkan helai-helai bulu hitamnya
di sekujur tubuhku. Sejak itulah, aku tidak lagi mendengar dongeng tentang
malaikat diceritakan di kupingku tiap malamnya. Dan itu membuatku rindu.
Kudengar, malaikat itu
bernama Ibu. Tapi aku tidak begitu yakin, bisa saja kau menyebutnya berbeda.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar