Jumat, 20 Februari 2015

Laksmi Pamuntjak dan Aruna, Sebuah Novel yang Jauh dari Ekspektasi Amba


Mungkin ada benarnya juga apa yang dikatakan orang-orang tentang harapan yang terlalu berlebihan seringkali mengakibatkan kekecewaan. Seperti aku ketika selesai membaca buku terbaru dari Laksmi Pamuntjak, Aruna dan Lidahnya. Ekspektasiku yang berlebihan kepadanya, setelah mengetahui betapa dalam dan bagusnya cerita Amba, ternyata tidak menemui titik pemuasan di buku terbarunya tersebut.

Aruna bercerita tentang seorang konsultan yang ahli di bidang wabah, yang sedang menjalani tugas meneliti wabah flu unggas yang sempat merebak di Indonesia beberapa tahun silam, bersama teman-temannya; Farish, Bono, dan Nadezhda.

Ketika membaca lembar pertamanya yang memberitahu bahwa cerita ini berkutat pada makanan, perjalanan, dan konspirasi, aku sempat tertarik. Terutama pada kata konspirasi itu. Pikiranku tentang konspirasi langsung mengacu pada novel-novel Dan Brown atauRahasia Meede-nya E.S. Ito. Namun, kenyataannya tidak. Konspirasi yang dimaksud dalam novel lebih mengarah pada kemelut politik di sebuah kementrian yang mengurusi kesehatan masyarakat. Dalam hal ini proyek pengadaan vaksin flu unggas dan fasilitasnya. Intrik politik yang aku kira tidak begitu menarik, apalagi sudah sering melihatnya di televisi dalam bentuk-bentuk lain. Bukan sebuah konspirasi yang baru.

Konflik cinta, yang menjadi bumbu paling menarik di setiap cerita, juga tidak membuatku tertarik. Cinta yang digambarkan seperti cinta anak-anak remaja yang dangkal, yang dimulai dari benci dan berakhir dengan cinta, Aruna yang pada awalnya melihat Farish sebagai sosok yang tidak menarik (bahkan membencinya) lama-lama luluh juga dengan mudahnya. Bandingkan dengan kompleksnya cinta Amba, tunangannya, dan Bhisma dalam novel sebelumnya.

Yah, tidak banyak yang bisa kuceritakan tentang buku ini selain kekecewaanku. Perbedaan yang terlalu banyak dan mencolok bila dibandingkan novel sebelumnya mungkin menjadi salah satu alasan kenapa aku tidak menyarankanmu membaca buku ini. Kecuali kamu membutuhkan referensi tempat-tempat makan (dan makanan) yang mendominasi cerita ini, aku tidak melarangmu untuk membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar