Senin, 05 Desember 2016

John Steinbeck dan Cerita tentang Mereka yang Hidup Bersenang-Senang di Dataran Tortilla

Mungkin aku sudah sering bercerita kepadamu bahwa aku menyukai anak-anak yang sedang bermain; melihat mereka lari mengejar satu sama lain, berteriak kepada temannya, ngobrol dengan serunya sampai tertawa terbahak-bahak mendengar atau melihat tingkah lucu salah satu temannya. Betapa menyenangkan melihat mereka semua. Sampai aku sering berpikiran seandainya saja aku bisa kembali menyusut menjadi seumuran mereka, aku ingin bisa bergabung dengan mereka.
Dunia adalah tempat bersenang-senang, begitu yang ada di dalam benak mereka. Tidak ada kegalauan kapan kita bisa mendapat kerja, pusingnya menghadapi atasan di kantor, ketidakpastian hati ketika berbicara masalah cinta, dan macam lagi permasalahan yang tidak mereka ambil pusing. Berkaitan dengan bersenang-senang tadi, aku jadi teringat sebuah cerita yang dikarang oleh John Steinbeck. Cerita yang berjudul Dataran Tortilla ini menceritakan sekelompok anak muda, yang bernama masing-masing Danny, Pilon, Pavlo, Jesus Maria, Joe Portugis, dan Kapten Bajak Laut, yang hidupnya hanya untuk bersenang-senang. Mereka adalah paisano, masyarakat dengan darah campuran dari Spanyol, Indian, Meksiko, dan berbagai ras kulit putih Eropa, yang tinggal di daerah urban di pesisir sekitar Pantai California.
Kegiatan mereka sehari-hari seperti yang dilakukan anak-anak yang aku ceritakan tadi, bersenang-senang tanpa ambil pusing permasalahan-permasalahan selain makan, minum, dan tidur. Kalau mau makan mereka bisa dengan mudah mencuri ayam tetangga yang berkeliaran, menyembelih kambing yang lewat di jalan, atau mencuri barang-barang lain untuk kemudian ditukarkan sebotol dua botol anggur. Kalau mau tidur mereka bisa tidur di mana saja, bisa di hutan, di pantai, di mana saja. Butuh apa-apa mereka tinggal mencari dan mencuri, atau menunggu siapa tahu kerabat mereka membawa sebotol dua botol anggur untuk diminum bersama sambil dimintai bantuannya untuk melakukan sesuatu.
Betapa bebasnya hidup mereka, mungkin begitu yang kau pikirkan. Mereka tidak mengenal norma-norma tapi bukan berarti melanggarnya tanpa batas begitu saja. Mereka melakukannya sekadar memenuhi kebutuhan hidupnya dan kalau sudah terpenuhi mereka bisa berbuat banyak kegiatan yang terkadang justru positif, seperti ketika Danny bertemu Pavlo dan dia belum minum anggur seharian, dia menawarinya sebotol anggurnya untuk diminum bersama. Kegiatan yang mereka lakukan memang cenderung berdasar kesetiakawanan yang kuat.
Alur hidup mereka perlahan mulai berubah saat Danny mendapat sebuah warisan dari kakeknya, berupa dua buah rumah yang harus dia urus. Danny yang hidup serba bebas dan menggelandang tanpa rumah, tentu siap tidak siap menerima perubahan yang akan mengubah hidupnya itu. Dia mulai memanggil teman-temannya untuk tinggal di rumahnya. Kehidupan mereka yang tadinya menggelandang kemudian menjadi menetap perlahan mengubah juga pola hidup mereka. Kepedulian mereka terhadap sesama mulai sering muncul, tidak hanya kepada sesama kawannya, tapi kepada orang-orang lain yang mereka kenal. Salah satunya bagaimana mereka membujuk Si Tua Bajak Laut yang tinggal bersama kelima anjingnya di bawah kandang ayam untuk tinggal bersama mereka. Sebenarnya, ide ini berawal dari kelicikan Pavlo juga. Dia tahu ada desas-desus bahwa Si Bajak Laut ini menyimpan harta karun berupa uang yang dia kumpulkan sedikit demi sedikit tiap harinya. Namun, bukannya mendapat informasi uang itu, justru Si Bajak Laut sendiri yang menitipkannya pada mereka sebagai tanda terima kasih telah mengajaknya tinggal serumah di rumah Danny.
Danny dan kawan-kawannya juga tidak lantas menghabiskan uang yang dititipkan Si Bajak Laut setelah tahu bahwa uang tersebut akan dipakai untuk membayar kaul Si Bajak Laut kepada seorang orang suci yang membantu menyembuhkan anjingnya yang terluka. Moral mereka menjadi muncul untuk menjaga kepercayaan Si Bajak Laut, apalagi ada ketakutan yang tidak mereka sadari sepenuhnya. Mereka takut kalau memakai uang itu untuk membeli anggur dan keperluan mereka, mereka akan mendapat hukuman dari langit. Mereka yang tadinya tidak mengenal apa itu dosa, apa itu hukuman dari langit, menjadi muncul perlahan di dalam hati masing-masing.
Kesetiakawanan mereka terus muncul bahkan ketika Danny mengalami gangguan jiwa. Perubahan hidup mereka yang tadinya tidak bermoral menjadi sedikit lebih bermoral, mulai menetap, mulai berubah dalam banyak segi kehidupan mereka membuat Danny merasa menjadi seperti bukan jati dirinya. Dia ingin bebas berpetualang seperti dulu sebelum mendapat warisan, tetapi tidak mungkin meninggalkan apa yang telah mereka dapat selama itu. Gejolak ini mengguncang jiwa Danny. Dia lalu lepas kendali. Dia mulai mencuri lagi, berbuat onar lagi, bahkan mencuri barang-barang milik kawan-kawannya.
Bukankah kita terkadang merasakan apa yang dirasakan Danny, Lita. Kau pun pasti pernah merasakannya, saat apa yang kita lakukan sekarang rasa-rasanya bukan seperti yang seharusnya kita lakukan. Terkadang terpaksa karena tuntutan kebutuhan, atau faktor-faktor lain yang justru di luar kuasa diri kita. Sampai rasanya ingin kita meledak menjadi berkeping-keping dan memulainya lagi dari awal.
Cerita Danny ini seakan memberitahuku bahwa keinginanku untuk menjadi anak-anak kecil selamanya tidak bisa. Tidak bisa terus bersenang-senang, sebab hidup memaksa adanya perubahan dalam diri setiap manusia, untuk dewasa dalam berpikir dan bertindak. Meskipun pada akhirnya ada gejolak yang akan terjadi, itu wajar tentunya sebagai awal dari perubahan.
Danny sendiri akhirnya melawan kuasa yang sudah dituliskan oleh hidup. Dia kembali lagi kepada kawan-kawannya dan melakukan sebuah pesta untuk mengenang masa-masa petualangannya dulu. Namun, perlawanannya itu berakhir ketika dia menantang langit, ketika dia melawan kuasa yang sudah dituliskan dengan jalan semena-mena. Dia mati akhirnya karena terlampau mabuk sampai tidak tahu ada jurang di depannya dan dia terjatuh..
Sayang, ceritanya ini berakhir tragis. Aku sendiri ingin ada cerita lain tentang kelanjutan hidup kawan-kawan Danny setelah kematiannya sebab mereka akhirnya berpencar satu sama lain, memutuskan untuk hidup berpisah seperti sebelum mengenal Danny lagi. Mungkin mereka akan kembali menjalani hidup yang bersenang-senang, seperti yang anak-anak lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar